Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya… Amma Ba’du:
Sesungguhnya nikmat Allah yang diberikan kepada kita tidak terhitung dan tidak terbatas, nikmat-nikmat itu datang silih berganti baik pada waktu siang atau malam. Allah SWT berfirman:
﴿وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ﴾
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). QS. Ibrahim: 34
Allah SWT berfirman:
﴿وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ﴾
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah -lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada -Nya lah kamu meminta pertolongan. (QS. Al-Nahl: 53).
Dan nikmat yang paling besar yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita adalah nikmat mendapat hidayah agama Islam. Allah SWT berfirman:
﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا﴾
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat -Ku, dan telah Ku ridhai Islam jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah: 3)
Allah SWT berfirman:
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.( QS. Al-A’rof: 43)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Seorang selalu berada di antara nikmat Allah SWT yang wajib disyukurinya, dan dosa yang menuntut taubat, dalam kedua perkara inilah seorang hamba menjalani hidupnya setiap hari, manusia senantiasa hidup dalam nikmat ….sampai akhir perkataannya”.[1]
Diantara nikmat-nikmat Allah SWT itu adalah nikmat pendengaran, pengelihatan dan hati. Allah SWT berfirman:
قال الله تعالى : ﴿وَاللهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ﴾
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. Al-Nahl: 78)
Di antara kenikmatan itu adalah kenikmatan hidup aman di dalam negeri sendiri. Sesungguhnya kebutuhan manusia kepada hidup dalam kondisi aman lebih besar dari kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman, dan Ibrahim telah mendahulukannya atas permintaan akan rizki sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah:
قال الله تعالى : ﴿وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ﴾
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya. (QS. Al-Baqarah: 126)
Sebab manusia tidak akan makan dan minum dengan tenang dan baik jika dibarengi dengan ketakutan. Allah SWT berfirman tentang nikmat yang diberikan kepada penduduk Quraisy:
قال الله تعالى: ﴿فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ﴾
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). (4)Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. QS. Al-Quraisy 3-4
Banyak nikmat lain yang tidak terhitung yang diberikan oleh Allah dan tidak pula bisa dibatasi. Sungguh benar firman Allah SWT:
قال الله تعالى: ﴿أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً﴾
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat -Nya baik lahir dan batin. (QS. Lukman: 20)
Semua nikmat ini jelas membutuhkan rasa syukur. Allah SWT berfirman:
قال الله تعالى: ﴿وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴾
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7).
Beberapa sebab yang membantu seseorang mensyukuri nikmat adalah:
Pertama: Merenungkan nikmat Allah SWT dan merasakan kehadiran nikmat pada setiap waktu dan kesempatan serta tidak melalaikannya. Banyak orang yang merasakan banyak kenikmatan baik berupa makanan, minuman, kendaraan dan tempat tinggal namun walau demikian mereka tidak merasakan keberadaan nikmat itu, sebab nikmat tersebut tidak pernah hilang walau satu hari dan mereka terbiasa dengannya. Oleh karena itu, Allah SWT menginginkan agar kita merenungkan nikmat tersebut. Allah SWT berfirman:
قال الله تعالى: ﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللهِ يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاء وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ﴾
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapa kamu berpaling (dari ketauhidan)?. (QS. Fathir: 3)
Kedua: Hendaklah salah seorang di antara kita melihat kapada orang yang lebih rendah darinya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kalian dan janganlah memandang kepada orang yang lebih tinggi dari kalian, sebab hal itu lebih baik agar kalian tidak menghina nikmat Allah”.[2] Di dalam sebuah riwayat disebutkan, Apabila salah seorang di antara kalian telah memandang orang yang diberikan kelebihan dalam urusan harta dan bentuk badan maka hendaklah dia melihat kepada orang yang lebih rendah darinya, yaitu orang yang lebih kurang dari dirinya”.[3]
Ibnu Jarir berkata: Hadits ini sangat global dalam masalah kebaikan, sebab jika seseorang melihat orang lain yang dilebihkan dalam urusan duniawi maka dirinya tertuntut untuk itu dan merendahkan nikmat Allah yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk selalu bertambah agar mengikuti orang yang lebih darinya atau mendekatinya. Inilah yang terjadi pada sebagian besar manusia. Adapun jika seseorang melihat kepada orang yang lebih rendah darinya dalam urusan duniawi maka nikmat Allah SWT akan tampak jelas baginya, hal itu mendorongnya untuk selalu bersyukur, bersikap rendah diri dan mengerjakan kebaikan”.[4]
Ketiga: Hendaklah setiap insan menyadari bahwa pada hari kiamat kelak, Allah SWT akan bertanya kepadanya tentang apakah dia bersyukur terhadap nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah?. Apakah dia menunaikan rasa syukur itu atau justru lalai darinya?. Allah SWT telah berfirman:
قال الله تعالى : ﴿وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً﴾
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabannya. QS. Al-Isro’: 36. Allah SWT berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ﴾
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia). (QS. Al-Taktsur: 8).
Diriwayatkan oleh Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrok dari hadits riwayat Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya hal pertama yang akan dipertanggungjawabkan oleh seorang hamba pada hari kiamat bahwa dia akan ditanya: Tidakkah Aku telah memberikan kesehatan pada badanmu? Dan memberimu minum dari air yang segar?”.[5]. Di dalam sebuah riwayat di dalam shahih Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman kepada seorang hamba pada hari kiamat: Tidakkah Aku telah memuliakanmu dan menjadikanmu pemimpin?. Memberikan kamu istri dan menundukkan bagimu kuda dan onta dan membiarkanmu memimpin dan berkembang?. Maka sang hamba akan menjawab: Benar. Allah bertanya kembali kepadanya: Apakah engkau pernah berpikir bahwa dirimu akan menghadap -Ku?. Maka sang hamba berkata: Tidak, pernah. Maka Allah berfirman: Sesungguhnya Aku melupakanmu sebagaimana dirimu telah melupakan Aku”.[6]
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi di dalam kitab sunannya dari Abi Barzah Al-Asalmi RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak akan melangkah kedua kaki seorang hamba sehingga dia akan ditanya tentang umurnya di manakah dia pergunakan, tentang ilmunya apakah yang diperbuatnya dengan ilmu tersebut, dan tentang hartanya dari manakah dia dapatkan dan kemanakah disalurkannya”.[7]
Keempat: Mensyukuri nikmat ini bisa terwujud dengan perkataan dan perbuatan. Allah SWT berfirman:
قال الله تعالى : ﴿وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ﴾
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Lukman: 12).
Allah SWT berfirman:
قال الله تعالى: ﴿اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ﴾
Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba -Ku yang berterima kasih. (QS. Saba’: 13)
Nikmat ini akan terus menetap karena disyukuri, yaitu syukur yang terwujud dalam tiga cara, sementara menghilangnya nikmat disebabkan oleh berbagai kemaksiatan dan dosa-dosa. Allah SWT berfirman:
قال الله تعالى : ﴿وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ﴾
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS. Al-Nahl: 112).
Di dalam as-shahihaini dari Aisyah RA bahwa apabila Nabi Muhammad SAW mendirikan shalat malam maka beliau berdiri sehingga kedua kakinya bengkak. Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Aisyah, tidakkah aku pantas menjadi hamba yang pandai bersyukur?.
Seorang penyair berkata:
Apabila engkau berada dalam suatu nikmat maka jagalah nikmat itu
Sebab segala kemaksiatan akan menghilangkan semua kenikmatan
Manfaatkanlah nikmat itu dalam mentaati Allah SWT Tuhan semua hamba
Sebab Allah SWT cepat memberi balasan atas suatu kejahatan
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
ADAKAH KITA PERLU MELIHAT SAHAJA....ATAU KETAWA MELIHAT MEREKA...
NIKMAT KITA TERLALU BANYAK...bersyukurlah d.beri peluang